Kamis, 09 Maret 2023

Penerbit Mayor


Resume Ke-     : 26
Gelombang      : 28
Hari/Tanggal   : Rabu, 08 Maret 20223
Tema               : Menjadi Penerbit Buku Mayor
Narasumber    : JOKO IRAWAN MUMPUNI
Moderator       : RALIYANTI  

Malam ini merupakan malam ke-26 dari 30 pertemuan yang dijadwalkan KBMN PGRI 28. 4 pertemuan lagi KBMN PGRI 28 ini berakhir. Moga saya masih terus diberi kesempatan mengikuti sampai puncak.
Tema Kali ini adalah menjadi penulis buku MAYOR. Tentunya banyak yg ingin tahu tentang penerbit mayor dan bagaimana caranya agar naskah kita bisa tembus ke sana. Dan di sini KBMN PGRI menghadirkan seorang narasumber yang benar-benar "mumpuni" bukan hanya namanya saja tapi juga pengetahuan dan profesinya di bidang penerbitan khususnya penerbit mayor. Beliau adalah Bapak Joko Irawan Mumpuni, Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta. Beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP.


Sebelum pemaparan beliau  meluruskan dulu dari judul sharing kita malam ini. Istilah BUKU MAYOR menurut narasumber adalah kurang tepat yang tepat adalah PENERBIT MAYOR. Setiap penulis mempunyai impian kalau bukunya bisa diterbitkan oleh PENERBIT MAYOR. Tidak banyak jumlah PENERBIT MAYOR DI INDONESIA. Menjadi penerbit mayor memiliki kriteria yang tidak mungkin dapat diraih dalam waktu pendek, tetapi bisa sampai puluhan tahun. Syarat menjadi penerbit mayor salah satunya adalah harus sudah memiliki judul terbitan buku puluhan ribu judul dan tiap tahunnya harus menerbitkan ratusan judul secara konsiaten. Baik sekarang kita mulai ke materi utama kita ya..
Penerbit adalah  Industri kreatif yang didalamnya ada kolabarasi insan2 kreatif : Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis. Ini adalah bagian dari industri kreatif penerbitan cetak, saat ini dan mendatang akan bertambah insan2 kreatif bidang lain yang akan bergabung seiring dengan perkembangan dunia penerbitan yang kini sudah mengarah pada Publisher 5,0. yang memanfaatkan teknologi IT untuk menerbitkan karya-karya kreatif. Ada jenis-jenis  buku didunia ini, biasanya klasifikasi jenis buku digambar dengan grafis yang mirip sirip ikan seperti ini:


Dua kategori besar jenis buku adalah buku Teks (buku sekolah-kampus) dan buku Non Teks (buku-buku populer). Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebuat buku Perti (perguruan tinggi). Buku Nonteks  dibagi dua lagi menjadi buku Fiski dan Non Fiksi. Sehingga grafisnya akan tergambar seperti ini:

Sumber: Slide Presentasi Narasumber, Joko Irawan Mumpuni

Narasumber memperlihatkan grafis-grafis hasil survei yang menggambarkan mengenai perkembangan dunia perbukuan di Indonesia.



Sumber: Slide Presentasi Narasumber, Joko Irawan Mumpuni.
Itulah gambaran perbukuan di Indonesia yang dapat dipakai sebagai dasar atau inspirasi penulisan buku. Narasumber juga memberikan contoh-contoh buku yang telah terbit di penerbit mayor.




Sumber: Slide Presentasi Narasumber, Joko Irawan Mumpuni

Menurut Narasumber, tingkat literasi bangsa ini masih rendah. Tingkat literasi bangsa yang rendah merujuk pada kemampuan membaca, menulis, dan memahami teks yang masih lemah di kalangan penduduk suatu negara. Hal ini biasanya ditunjukkan oleh rendahnya tingkat literasi fungsional, yaitu kemampuan seseorang dalam memanfaatkan literasi untuk memecahkan masalah sehari-hari, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan ekonomi, serta mengambil keputusan yang bijak. Tingkat literasi bangsa yang rendah dapat berdampak negatif pada berbagai aspek, seperti kualitas pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, penting bagi suatu bangsa untuk meningkatkan tingkat literasinya agar dapat mencapai kemajuan yang lebih baik.

Inilah beberapa hambatan pertumbuhan industri literasi masih sangat rendah di Indonesia.


Sumber: Slide Presentasi Narasumber, Joko Irawan Mumpuni

Lalu bagaimana proses penerbitan mulai dari  memasukan/mengirinmkan naskah buku ke penerbit hingga buku itu terbit dan beredar? Berikut ada slide penjelasan dari narasumber.



Sumber: Slide Presentasi Narasumber, Joko Irawan Mumpuni

Lalu bagaimanakan caranya memilih penerbit yang baik dan yang harus diwaspadai?

Berikut ini penjelasan dari Narasumber.





Sumber: Slide Presentasi Narasumber, Joko Irawan Mumpuni

Ketika seorang penulis berhasil menerbitkan buku secara profesional dan diterbitkan oleh penerbit yang bereputasi, ada beberapa hal yang dapat didapatkan, antara lain:

Pengakuan atas karya yang dihasilkan: Dengan menerbitkan buku secara profesional, penulis mendapatkan pengakuan atas karyanya. Karya tersebut dapat diakui oleh para pembaca, kritikus, dan bahkan penghargaan dalam bidang sastra atau kesenian. Peningkatan citra dan reputasi: Dengan memiliki karya yang diterbitkan secara profesional, penulis dapat meningkatkan citra dan reputasi di mata para pembaca, kritikus, dan penerbit lainnya. Hal ini juga dapat memudahkan penulis untuk memperoleh kontrak penerbitan berikutnya. Pemasukan finansial: Penulis dapat memperoleh pemasukan finansial melalui royalti yang diperoleh dari penjualan buku. Selain itu, penulis juga dapat memperoleh pendapatan tambahan dari kegiatan seperti mengisi seminar atau workshop menulis, menjadi konsultan, atau berpartisipasi dalam program-program literasi lainnya. Pengalaman berharga: Proses menerbitkan buku secara profesional membutuhkan kerja keras, ketekunan, dan ketelitian. Selama proses ini, penulis akan memperoleh pengalaman berharga dalam menghasilkan karya yang berkualitas, berkomunikasi dengan penerbit, mengedit dan merevisi naskah, dan mengelola promosi buku.
Keberlangsungan karir penulis: Dengan menerbitkan buku secara profesional, penulis dapat memperluas jangkauan pembaca dan membangun basis penggemar. Hal ini juga dapat meningkatkan kemungkinan untuk memperoleh kontrak penerbitan di masa depan dan menjadikan penulisan sebagai karir yang berkelanjutan.


Sumber: Slide Presentasi Narasumber, Joko Irawan Mumpuni

Pertanyaan besar yang sering muncul adalah kriteria apa yang digunakan oleh penerbit untuk menentukan apakah sebuah naskah buku dapat diterima untuk diterbitkan atau tidak. Sebagai contoh, penerbit ANDI menerima hingga 500 naskah setiap bulan, namun hanya 50 judul yang akhirnya diterbitkan.



Sumber: Slide Presentasi Narasumber, Joko Irawan Mumpuni

Dari slide diatas ada istilah “tema populer”, lalu bagaimana menilainya? jawabnya dengan data. Salah satu data yang kami pakai adalah trend dari Google Trend. Google Trend adalah salah satu alat yang dapat digunakan untuk melihat popularitas suatu topik atau tema dalam periode waktu tertentu. Dengan alat ini, dapat dilihat berapa banyak orang yang mencari tentang topik tertentu di mesin pencari Google dalam satu periode waktu tertentu. Contoh pencarian di Google Trend:



Jika sebelumnya kita membahas bagaimana cara mengetahui tema yang menarik, sekarang mari kita bahas bagaimana cara penerbit mengukur reputasi penulis. Biasanya, penerbit menggunakan data untuk hal ini. Salah satu sumber data yang digunakan adalah Google Scholar/Cendekia.

Menurut Narasumber, pertanyaan lain yang sering muncul adalah bagaimana cara menentukan jumlah cetak atau oplah. Perhatikan gambar berikut ini ada 4 kwadran:


Untuk gaya penulisan seperti pada daftar pustaka, penerbit dapat menggunakan gaya selingkung apapun yang dipakai penulis
Narasumber pun mengemukakan ,sebagai seorang penulis, sebenarnya kita termasuk penulis yang idealis atau industrialis? inilah ciri2nya masing2 kelompok:







Demikian Paparan narasumber pada malam ini yang dapat saya buat resumenya moga bermanfaat

Salam Literasi.




 













1 komentar:

Featured Post

"Dialog Pendidikan"

  Setemung Karante, Sopo Ate. Bupati Sumbawa Bersama Kepala Sekolah Dalam Mewujudkan  " SUMBAWA UNGGUL, MAJU DAN SEJAHTERA" Menuju...